GROBOGAN, GEMADIKA.com – Kabupaten Grobogan di Jawa Tengah (Jateng) terkenal kaya akan produksi pertanian. Tidak hanya dikenal sebagai lumbung padi atau daerah penghasil padi terbesar di Jateng, Grobogan juga dikenal dengan daerah penghasil kedelai.

Bahkan, konon varietas kedelai Grobogan disebut-sebut memiliki kualitas yang lebih baik dibanding kedelai impor. Kondisi ini pun bisa menjadi solusi bagi perajin tempe maupun tahu di tengah harga kedelai impor yang terus merangkak naik.

Kedelai merupakan tanaman pangan jenis kacang-kacangan yang biasa diolah masyarakat menjadi berbagai bentuk pangan olahan. Di Indonesia, konsumsi kacang-kacangan menempati urutan ke-3 setelah padi-padian dan ikan.

Jenis olahan berbagai bahan baku kedelai baik berupa tempe, tahu, susu kedelai, maupun olahan lain terus berkembang setiap tahunnya. Berbagai macam olahan kedelai kini sudah banyak tersedia, baik di pasar tradisional maupun pasar modern.

Produk utama yang dihasilkan dari kedelai diantaranya tempe, tahu, susu kedelai, kecap, kembang tahu, soyghurt, dan berbagai inovasi produk lainnya.

Baca juga :  Kesatuan Pemangkuan Hutan Gundih Lepasliarkan Burung dan Tanam Pohon, Wujudkan Pelestarian Lingkungan di Grobogan

Pola tanam untuk kedelai biasanya dilakukan setelah panen padi atau tergantung pada kondisi dan situasi yang ada serta perkiraan musim, tetapi biasanya dimulai bulan Oktober–Maret atau April-September. Pola tanam yang dilakukan petani untuk berbagai jenis lahan disajikan sebagai berikut.

  1. Lahan Irigasi                   : Padi-Padi-Palawija/Hortikultura
  2. Lahan Tadah Hujan     : Padi Gora-Padi-Palawija
    Padi-Palawija-Palawija
    Palawija-Padi-Palawija
  3. Lahan Tegal                      : Padi Gogo-Palawija-Palawija
    Palawija-Pajawija-Palawija

Dalam penanaman kedelai pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura sering menetapkan sasaran luas areal tanam untuk mengejar target produksi, tetapi dalam kenyataannya sering target tidak terpenuhi.

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Grobogan (2011)

Data di atas menunjukkan bahwa selama tahun (2007–2010) mengalami trend/perkembangan yang fluktuatif di mana realisasi lebih tinggi atau lebih rendah dari target. Terlihat bahwa realisasi tanam tahun 2007 merupakan realisasi yang paling rendah, karena pada saat itu iklim tidak mendukung untuk tumbuh baiknya kedelai sehingga banyak kegagalan panen.

Baca juga :  Jelang Natal 2024: Polres Grobogan Kerahkan Pasukan Gabungan Amankan Rumah Ibadah

Industri pengolahan kedelai dengan proses fermentasi diantaranya pembuatan tempe, kecap, dan tahu. Saat ini, industri kreatif dengan berbahan baku olahan tersebut pun mulai menjamur.

Beberapa pangan dengan bahan baku tempe diantaranya keripik tempe, burger tempe, bahkan terdapat tempe aneka rasa dalam kemasan kaleng.

Sementara itu, pengolahan kedelai non-fermentasi, biasa dikembangkan dalam pembuatan tahu, kembang tahu, susu kedelai, soyghurt, dan olahan lanjutannya, melansir dari Jurnal JK Sutopo.

Saat ini, Pemkab Grobogan berhasil menjadi juara produksi pangan melalui inovasi rumah kedelai Grobogan (RKG). Sekaligus mempertahakan sebagai daerah swasembada dan ketahanan pangan nasional. Yakni menjadi daerah produsen padi, jagung, dan kedelai tertinggi di Jawa Tengah. (Reza Ori)