PEKALONGAN, GEMADIKA.com – Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid menyatakan data statistik menjadi landasan utama dalam penyusunan kebijakan di berbagai sektoral, yang sangat menentukan keakuratan dan kesesuaian kebijakan yang dibangun. Di sisi lain,menurut dia, data menjadi pijakan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan di masing-masing sektoral, agar sesuai, tepat sasaran, dan akurat.
“Ketersediaan data statistik yang berkualitas, sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan data setiap instansi. Sehingga, dapat mendukung optimalisasi perencanaan dan pembangunan Pemerintah Kota Pekalongan,” kata Wali Kota yang akrab disapa Mas Aaf pada acara Forum Group Discussion (FGD) Pembinaan Data Sektoral bersama Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan dan OPD Pemkot Pekalongan, di Hotel Howard Johnson (Hojo) Pekalongan, Selasa (30/7/2024) lalu.
Oleh karena itu,lanjut dia, ia menekankan adanya kolaborasi dan sinergi yang kuat antar-OPD sebagai produsen data, dalam menyajikan data sektoral.
“(Hasil) dari kegiatan ini bisa menjadi ilmu baru untuk para peserta FGD. Yang terpenting, adanya kerja sama dan kolaborasi yang terbangun, di mana BPS ini pasti membutuhkan data sektoral dari dinas-dinas terkait,”ucapnya.
Wali kota meminta kepada OPD terkait agar data sektoral yang sudah ada ini dikembangkan ke sektor-sektor lain. Masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang perlu dilakukan OPD di Kota Pekalongan, baik itu terkait data sektoral perikanan, lingkungan hidup, dan lain-lain.
Ia pun mengajak seluruh pengelola data statistik sektoral di seluruh OPD Pemkot Pekalongan, untuk memiliki komitmen dalam menyediakan, pengumpulan data dengan baik, guna mengoptimalkan pengelolaan data statistik sektoral di Kota Batik.
“Sebagai contoh, data warga yang harus diberikan PKH, walaupun diusulkan dari pemkot, namun yang menyetujui dari Pemerintah Pusat. Sehingga, hal ini yang menjadi masalah. Pengelolaan data statistik sektoral ini harus dilakukan secara terintegrasi, sinergi, dan kolaborasi,” tuturnya.
Kepala BPS Kota Pekalongan, Rahyudin menambahkan, untuk mendapatkan data sektoral yang berkualitas, sumbernya harus relevan dan sesuai dengan kondisi terkini. Data harus akurat, mudah diakses, tepat waktu, mudah ditafsirkan, dan konsisten. Optimalisasi pengumpulan data harus dilakukan oleh sumber daya yang profesional, artinya memahami dan mengerti, jujur, akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan.
“Kami memiliki tim pengelolaan data statistik sektoral, untuk mewujudkan Pekalongan Satu Data, yang di dalamnya ada OPD terkait seperti Bappeda sebagai sekretaris tim, Dinkominfo sebagai wali data, BPS selaku pembina data. Sementara, OPD terkait lainnya sebagai produsen data,” ungkapnya.
Rahyudin menegaskan, tidak semua data bisa disajikan (diekspos), karena data itu sifatnya berubah-ubah setiap tahun. Itulah mengapa diperlukan adanya pembinaan data sektoral.
Pihaknya berharap, para peserta kegiatan dapat memiliki pemahaman, bahwa statistik sektoral ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi pemerintah, dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan tugas pembangunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Setiap OPD yang memerlukan kolaborasi data antarperangkat daerah, kemudian melakukan penyusunan data dan analisis data, dalam rangka menunjang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan.
“Selama ini masyarakat mengira ketika mereka butuh data semuanya terpusat ke BPS. Padahal, data yang ada di kami merupakan data makro. Misalnya, data kemiskinan, data yang ada di BPS berupa angka sebesar 6,9 persen, tetapi untuk by name dan by address, yang mengetahui datanya dari dinas terkait, dalam hal ini Dinas Sosial,” pungkasnya.
Desa Cantik
Pada kesempatan tersebut, BPS dan Pemkot Pekalongan mencanangkan Kelurahan Kuripan Yosorejo (Kuryos), Kecamatan Pekalongan Selatan sebagai Desa Cinta Statistik (Cantik) Tahun 2024. Dengan begitu, Kota Pekalongan telah memiliki lima Desa Cantik, yakni Kelurahan Kuripan Yosorejo, Bendan Kergon, Gamer, dan Degayu.
Rahyudin menjelaskan, Desa Cinta Statistik merupakan filosofi yang menekankan pentingnya desa sebagai penyedia data statistik, yang akurat dan dapat dipercaya. Desa bukan sekadar tempat tinggal penduduk, tetapi juga menjadi sumber data yang sangat berharga dalam perencanaan pembangunan.
“Kuryos ini dipilih karena dari segi SDM masyarakatnya sudah mumpuni dan melek data, kompetensi aparatur desanya dalam pemanfaatan dan pengelolaan data sudah baik Sehingga perencanaan pembangunan desa lebih tepat sasaran, masyarakatnya sudah sadar akan pentingnya ketersediaan data dalam pembangunan desanya, dan sebagainya,” bebernya. (ris)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan