SRAGEN, GEMADIKA.com — Polres Sragen menggelar simulasi penanganan dan pengamanan dengan pendekatan sistem pengamanan kota (sispamkota) untuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sragen 2024, Jumat (23/8/2024).
Kegiatan tersebut diikuti oleh 400 personel gabungan lintas satuan dan fungsi yang diikuti oleh tim gabungan Polri, TNI, dan stakeholders di Lapangan Wira Pratama Polres Sragen.
Turut hadir dalam simulasi, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Kapolres Sragen AKBP Petrus Parningotan Silalahi, Dandim, Danyon, hingga Ketua Pengadilan Negeri Sragen, serta para tamu undangan dari partai politik (parpol) dan tokoh masyarakat.
Sistem pengamanan dimulai dari pengawalan pribadi calon bupati (cabup) saat pelaksanaan kampanye. Seorang bupati menyampaikan orasi politik di hadapan pendukungnya. Saat orasi itulah tiba-tiba ada orang tak dikenal menyerang dengan senjata tajam.
Tim Pengawalan Pribadi (Walpri) yang terdiri atas empat personel langsung sigap menyelematkan calon bupati (cabup). Sempat terjadi perkelaihan antara personel Walpri dengan orang tak dikenal hingga akhirnya penyerang itu berhasil dibekuk.
Dalam perjalanannya, mobil calon bupati juga diserang dengan menggunakan senjata api, berupa senjata laras panjang. Sempat terjadi adu tembak antara Walpri dan penembak misterius. Akhirnya, penembak misterius itu terkena tembakan dan berhasil ditangkap petugas.
Setelah tahapan kampanye, masuk masa tenang dan distribusi logistik. Kemudian proses pemungutan suara dilakukan. Saat itu ada pemilih yang mengenakan kaus bergambar calon datang ke tempat pemungutan suara (TPS) dan akhirnya diminta lepas kaus dulu baru bisa menggunakan hak pilihnya. Pemungutan suara ditutup pada pukul 14.00 WIB.
Tiba-tiba ada sekelompok massa yang baru pulang dari perantauan ingin menggunakan hak pilihnya tetapi waktu pemilihan sudah habis. Terjadi adu mulut antara kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) dengan warga perantauan itu. Hingga akhirnya, warga tetap tak bisa gunakan hak suara dan memilih mengawasi proses penghitungan.
Dalam proses penghitungan suara itu warga menemukan indikasi kecurangan. Mereka protes dengan indikasi kecurangan itu. Mereka menyatakan tidak terima dan meminta supaya pemilu diulang.
Dari TPS itu, mereka bergerak ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendesak adanya pemilu ulang. Massa semakin besar dengan membawa spanduk dan poster yang menuntut KPU mengulang pemungutan suara karena ada indikasi kecurangan.
Dari KPU tak memberi jawaban yang memuaskan. Akhirnya massa semakin emosional. Massa warga pun bentrok dengan aparat Polres Sragen yang menggunakan tameng dan helm. Anjing pelacak pun dikeluarkan untuk membubarkan massa.
Bahkan tembakan water canon disemprotkan untuk membubarkan massa tetapi massa semakin menjadi-jadi. Tim huru-hara diterjunkan untuk menembakkan gas air mata. Akhirnya, massa pun bubar dengan sendirinya.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati terkesan dengan simulasi yang diperagakan oleh sispamkota tersebut.
“Semoga gambaran konflik dalam simulasi ini tidak terjadi di Sragen. Tetap semangat, jaga pilkada dan jaga Sragen!” ungkap Yuni sapaan akrab Bupati Sragen.
Kapolres Sragen, AKBP Petrus Parningotan Silalahi mengatakan simulasi sispamkota ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberi gambaran kepada seluruh personel dan tamu undangan tentang perkiraan potensi kerawanan yang akan muncul di setiap tahapan pilkada yang dimungkinkan terjadi.
“Untuk itu, kami melakukan pengamanan bagaimana memberi rasa aman kepada calon kepala daerah pada saat tahapan kampanye dilaksanakan. Untuk itu, kami melakukan pengmanan sispamkota yang selalu diawali dengan latihan terus-menerus,” jelas Kapolres.
Dalam pengamanan ke depan, Petrus tetap sinergi dengan TNI, Pemda, dan stakeholders terkait lainnya. Dia berharap kepada seluruh masyarakat untuk tetap dapat menjaga kondusivitas wilayah Sragen pada setiap tahapan pilkada hingga pascapemungutan suara.
“Sispamkota ini dilakukan dengan standar yang ada dengan sinergi dan diukung oleh potensi sumber daya manusia yang ada di Sragen,” katanya. (Reza Ori)