TOBA, GEMADIKA.com – Jalan penghubung antara Kabupaten Toba dan Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura) di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki jarak sekitar 7 kilometer belum juga diperbaiki hingga saat ini. Kondisi jalan yang rusak parah membuat masyarakat setempat kesulitan dalam mengirimkan hasil pertanian dan perkebunan mereka ke Kabupaten Labura.
Dari hasil pantauan di lapangan, jalan tersebut belum tersentuh perbaikan oleh pemerintah, yang mengakibatkan kesulitan besar bagi petani dalam mengirimkan hasil pertanian. Produk pertanian dari kawasan ini meliputi kelapa sawit, kakao, karet, tanaman palawija, padi, nilam, kemenyan, dan berbagai tanaman lainnya yang berpotensi besar meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Toba.
Warga desa, yang mayoritas berprofesi sebagai petani, menunjukkan tekad kuat dalam usaha mereka. Tanaman seperti sawit, kakao, dan karet yang tumbuh di daerah panas ini menjadi tumpuan perekonomian setempat.
Kepala Desa Cinta Damai, Purba Nababan, dari Kecamatan Nassau, Kabupaten Toba, mengungkapkan kerinduan masyarakat akan perbaikan jalan tersebut. Dalam keterangannya kepada awak media Gemadika, Kamis (26/9/2024), ia menuturkan bahwa jarak dari desanya ke Kabupaten Labura hanya tinggal 19 kilometer lagi.
“Bila jalan ini sudah diperbaiki, saya yakin masyarakat di sini akan semakin bersemangat dan kita bisa lebih maju,”
Lanjutnya, “Hingga saat ini, masyarakat sekitar harus mengirimkan hasil pertanian ke kawasan Pulau Raja yang berada di kawasan Asahan Kabupaten Labuhan Batu Utara yang berjarak sekitar 200 kilometer dan memakan waktu pengiriman selama 1,5 hari”, ungkap Purba Nababan.
Pusing Nababan (49), seorang petani sawit, menambahkan bahwa perjalanan pulang pergi untuk mengirim hasil kebun bisa memakan waktu hingga 3 hari.
“Kami masih sangat kesusahan saat mengirimkan hasil pertanian/kebun kami dari kampung kita ini. Untuk tranportasi pengirimannya harus engan susah payah kami tempuh. Kami harus melintas dari Porsea menuju Pulau Raja yang ada di Asahan sana berjarak _+ 200 Km dengan kondis fisik jalan yang sebagian besarnyarusak parah,” terangnya.
Kondisi jalan yang buruk ini, menurutnya, semakin memperparah kesulitan mereka. “Transportasi yang sulit menyebabkan harga hasil bumi kami jauh di bawah standar pasar, dan akibatnya kami mengalami kerugian besar,” pungkas Pusing Nababan dengan nada lesu. (Jamarlin Saragih)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan