BANGKALAN, GEMADIKA.com – Hari Santri Nasional yang setiap tahun diperingati pada 22 Oktober, terinspirasi dari peran para ulama dahulu dalam mengobarkan semangat para santri melawan penjajah.
Di masa perjuangan mewujudkan Indonesia merdeka, para santri turun langsung berjihad. KH Hasyim Asy’ari adalah salah satu ulama yang turun langsung dalam menyuarakan resolusi jihad sebelum terjadinya Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Resolusi jihad ini yang menjadi semangat dalam penetapan Hari Santri Nasional pada . Peran santri bagi Indonesia tidak bisa diremehkan. Mereka juga menjadi garda depan dalam perjuangan bangsa ini di masa lampau, masa sekarang, dan masa depan.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar KH.Muchlis Muhsin menuturkan bahwa Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap tahun merupakan momentum penting sekaligus pengingat akan peran santri dalam gerakan kemerdekaan di Indonesia.
“Ini sebagai pengakuan bahwa santri memiliki peran penting dalam mengisi kemerdekaan, membangun bangsa secara bersama-sama dengan respon yang baik, hari santri adalah anugerah,” ujarnya saat dihubungi tim Gemadika.com, Jum’at (25/10/24).
Keislaman seorang santri menurut KH. Muchlis Muhsin harus dimulai dari Syahadat, Sholat, dan menghindari perbuatan keji
“Keislaman santri harus dimulai dari syahadat karena merupakan pintu masuk ajaran islam, berikutnya Sholat salah satu nilai-nilai pendidikan pada Sholat Berjamaah, salat berjamaah menunjukkan kesatuan umat Muslim dalam menjalankan ibadah kepada Allah, dengan Sholat juga dapat menjauhkan dari perbuatan keji,” ungkapnya.
KH. Muchlis Muhsin menambahkan, santri adalah sosok yang luar biasa. Mereka berkomitmen untuk belajar ilmu agama, moralitas, dan juga ilmu pengetahuan umum. Mereka adalah pilar penting dalam mempertahankan nilai-nilai moral dan keagamaan dalam masyarakat.
“Karena sejatinya pemimpin itu lahir dari seorang santri. Saya tekankan kepada santri khususnya di pesantren kami Al Anwar bersiaplah kalian untuk menjadi pemimpin, dalam segala hal yang dibutuhkan masyarakat minimal menjadi pemimpin untuk diri sendiri,” imbuhnya.
Sebelum menutup pembicaraan KH. Muchlis Muhsin mengucap terima kasih kepada Bapak
Joko Widodo karena tanggal 22 Oktober telah meresmikan Hari Santri, melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Hal ini merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan lndonesia. (Nardi).