BATU BARA, GEMADIKA.com – Pantun yang dilontarkan oleh calon Bupati Batu Bara, H. Baharuddin Siagian, kini menjadi bahan perbincangan hangat di dunia maya. Peristiwa ini bahkan sempat menjadi viral, dengan banyak pihak yang mencoba menggiring opini publik ke arah negative, Sabtu (12/10/2024).
Sejumlah pihak mencoba memanfaatkan situasi ini dengan menambahkan isu SARA dalam kampanye negatif, yang bertujuan untuk mencoreng nama baik Baharuddin Siagian di mata masyarakat Batu Bara.
Menanggapi hal ini, Ketua PD Al Washliyah Batu Bara, Al Asari, memberikan pandangannya. Menurutnya, dinamika politik yang memanas jelang Pilkada sudah menjadi hal yang lumrah. Ia mengatakan bahwa semakin dekat hari pemilihan, semakin kencang pula kampanye negatif, bahkan kampanye hitam.
“Dinamika dalam politik itu biasa terjadi, apalagi mendekati hari H Pilkada. Semakin dekat waktunya, semakin kuat pula dinamika yang terjadi, baik itu kampanye negatif maupun kampanye hitam,” ujar Al Asari.
Al Asari juga menambahkan bahwa isu SARA kerap menjadi senjata ampuh bagi tim pendukung pasangan calon, meskipun isu ini sangat sensitif dan dapat mengancam persatuan.
“Kami melihat bahwa isu suku tidak lagi menjadi faktor besar yang mempengaruhi masyarakat Batu Bara, yang dikenal dengan sifat egaliternya serta kuatnya ukhuwah di antara warganya,” tambahnya.
Salah satu polemik yang sedang ramai dibicarakan adalah beredarnya video pantun Baharuddin Siagian di media sosial. Video tersebut, menurut Al Asari, sengaja dipelintir dengan narasi kebencian untuk menjatuhkan calon tersebut.
“Kami yakin dan percaya bahwa upaya ini tidak akan berhasil mempengaruhi masyarakat Batu Bara, yang cerdas dan tidak mudah diprovokasi,” jelas Al Asari.
Al Asari kemudian menjelaskan bahwa pantun Baharuddin Siagian justru menunjukkan kualitas seorang pemimpin yang jujur dan terbuka. Dua kalimat pantun yang dilontarkan Baharuddin dianggap sebagai simbol kejujuran dan keterbukaan.
“Pertama, beliau tidak pernah menyembunyikan identitas kesukuannya, apalagi demi meraih simpati dengan berlindung di balik suku tertentu. Kedua, pengakuan jujur dan tulus Baharuddin Siagian mengenai tanah Melayu menunjukkan sikap yang bijak, di mana beliau memahami betul bahwa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,” lanjutnya.
Akhirnya, polemik ini diyakini tidak akan mempengaruhi rakyat Batu Bara untuk mendukung pasangan calon nomor urut 02 pada tanggal 27 November 2024 mendatang.
“Kami berharap, mari kita berkompetisi dengan baik, raih simpati rakyat dengan gagasan cerdas dan kepedulian terhadap permasalahan mereka. Sudah saatnya menghentikan penggunaan isu suku sebagai alat kampanye, karena kita tidak ingin terjadi perpecahan di antara kita,” tegas Al Asari.
Di akhir pernyataannya, Al Asari menegaskan bahwa pantun Baharuddin Siagian adalah wujud dari semangat perjuangan, bukan pantun yang menyinggung SARA.
(Selamet)