GEMADIKA.com-Dikisahkan, kala itu terdapat tokoh Tinghoa bernama Tjoa Thay Joe, seorang imigran asal Fujian, Tiongkok.
Dia kemudian menetap di Semarang dan membuka usaha makanan khas Tionghoa.
Tjoa Thay Joe awalnya menjual makanan yang diisi dengan daging babi dan rebung karena merupakan ciri khas asal dari negeri Tiongkok.
Pada saat yang sama, Wasih, seorang wanita Jawa, juga menjual makanan serupa dengan rasa yang lebih manis.
Wasih menjual lumpia menggunakan bahan kentang dan udang.
Akhirnya, pertemuan antara Tjoa Thay Joe dan Wasih tidak hanya membawa perubahan dalam bisnis kuliner mereka.
Namun keduanya juga jatuh cinta hingga membawa mereka ke jenjang pernikahan.
Dari perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa tersebut, terciptalah lumpia Semarang yang kita kenal saat ini.
Setelah menikah, Tjoa Thay Joe dan Wasih mengombinasikan bahan-bahan dari kedua makanan tersebut.
Racikannya menghasilkan lumpia dengan isian ayam atau udang yang dicampur dengan rebung, dan dibungkus dengan kulit lumpia khas Tionghoa.
Proses pengolahan ini membuat lumpia tidak memiliki bau amis karena penggunaan udang dan telur.
Rasa manis dari rebung dan kerenyahan kulit lumpia saat digoreng menjadi ciri khas dari lumpia Semarang.
Pada awalnya, mereka menjual lumpia ini di Olympia Park yakni sebuah pasar malam yang populer di kalangan orang Belanda pada masa itu.
Popularitas lumpia meningkat dan makanan ini mulai dikenal dengan nama lumpia.
Kesuksesan bisnis mereka diteruskan oleh keturunan mereka yakni Siem Gwan Sing, Siem Hwa Noi, dan Siem Swie Kiem.
Siem Gwan Sing dan Siem Hwa Noi membuka cabang usaha di Mataram, sementara Siem Swie Kiem melanjutkan usaha di Gang Lombok No.11, yang hingga kini masih dikenal sebagai tempat menjual lumpia yang legendaris.
Lumpia Semarang kini menjadi salah satu makanan ikonik yang selalu dicari oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Hidangan satu ini ini biasanya disajikan dengan saus manis yang kental, acar, dan lokio, sejenis bawang kecil yang memberikan aroma khas.
Terdapat dua varian penyajian lumpia yang populer, yaitu lumpia goreng yang memiliki kulit renyah, dan lumpia basah yang lebih lembut dan berair.
Kota Semarang dengan geliat wisata dan kulinernya akan terus berkembang menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan.
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai sejarah panjang lumpia khas Semarang, ternyata bermula dari kisah cinta tokoh Tiongkok dan Jawa.***
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan