JAKARTA, GEMADIKA.com – Wayang sebagai warisan budaya Nasional mempunyai nilai-nilai filosofis yang relevan dengan nilai-nilai kehidupan. Pada zaman serba digital, para pelaku seni tradisi ini mulai surut dengan turunnya penontonnya.

Ironisnya, Seni Wayang kini lebih dicintai oleh warga negara asing, ini merupakan tamparan keras bagi Indonesia.

Hal itu disampaikan, Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat sambutannya pada peringatan Hari Wayang Nasional (HWN) Ke-6 & Living Intangible Cultural Heritage (ICH) Forum Ke-4, di Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta Timur, Selasa (5/11/2024).

“Di era digital para seni pewayangan menghadapi tantangan berat dari media-media baru. Terutama dikalangan generasi muda, bagaimana wayang bisa hadir di tengah-tengah mereka. Itu tantangan mereka,” ungkapnya.

Baca juga :  Nagan Raya Raih Penghargaan PTSP Terbaik 2024 dari Kementerian Investasi, Bukti Komitmen Pemkab Tingkatkan Iklim Investasi

Menurutnya, banyak ekspresi-ekspresi lain yang akhirnya menggeser seni tradisi yang membuat wayang semakin ditinggalkan.

“Saya menekankan ada inovasi dengan sentuhan teknologi digital, cerita juga apakah gaya dulu dari jam 21.00 WIB sampai 04.00 apakah masih relevan. Banyak juga cerita yang perlu adaptasi pada perkembangan zaman,” jelasnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) itu menyayangkan keadaan tersebut mempengaruhi ekosistem pewayangan di Indonesia.

“Saya mendengar pembuat gamelan semakin sedikit, pengukir wayang juga semakin sedikit, sunggingan wayang juga semakin sedikit,” tambah Fadli.

Baca juga :  Masyarakat Pulau Pari Tolak Proyek Reklamasi PT CPS, Menteri KKP Beri Sanksi Atas Kegiatan Ilegal

Disisi lain, Fadli Zon juga meluncurkan buku Pesona Wayang Indonesia setebal 600 halaman karyanya sendiri.

Pihaknya menambahkan edukasi dan literasi tentang pewayangan juga penting untuk dibenahi. Ia juga mengungkapkan bahwa bukunya tidak sempurna, namun cukup untuk menambah literasi terkait wayang.

“Konteks tersebut yang saya coba gali melalui buku 600 halaman yang akan dibahas para ahli. Ini tidak sempurna mungkin setidaknya ini bisa menambah literasi tentang pewayangan di Indonesia,” imbuh Menteri Fadli Zon. (Reza Ori)