GEMADIKA.com – Di era digital yang semakin maju, ancaman kejahatan siber terus berkembang dengan teknik yang semakin canggih. Salah satu modus yang kini marak terjadi adalah social engineering, sebuah teknik manipulasi psikologis yang membahayakan keamanan data pribadi masyarakat.

Pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menjelaskan bahwa teknik ini perlu diwaspadai karena memanfaatkan kelemahan manusia, bukan teknologi.

“Upaya untuk mengulik informasi, yang kemudian digunakan untuk masuk ke sistem keamanan. Entah rekening perbankan, akun media sosial, atau sistem di ponsel kita,” kata Firman, Senin (11/11/2024), seperti yang dikutip dari ANTARA.

Dalam penjelasan lebih lanjut, Firman menekankan bahwa para pelaku kejahatan siber memanfaatkan faktor psikologis seperti kepercayaan, ketidaktahuan, dan rasa urgensi untuk mengecoh korban. Target utama mereka adalah data-data sensitif seperti NIK, nomor telepon, alamat, hingga nama ibu kandung yang sering digunakan sebagai pengaman akun perbankan.

“Korban itu tidak tahu kalau dia sebetulnya sedang ditanyai nama Ibu kandung sebelum menikah. Tapi kemudian dia menyampaikan hal tersebut secara tidak sengaja, kemudian dikumpulkan informasinya oleh penipu,” ujarnya.

Modus Operandi Yang Perlu Diwaspadai

Beberapa teknik social engineering yang sering digunakan pelaku meliputi:

  1. Phishing: Penggunaan email atau situs palsu yang menyerupai institusi resmi
  2. Impersonasi: Berpura-pura sebagai petugas bank atau aparat
  3. Penawaran menggiurkan: Iming-iming hadiah untuk memancing korban
  4. Manipulasi identitas: Menyamar sebagai kenalan atau rekan kerja

Meski demikian, Firman menegaskan bahwa sektor perbankan telah memiliki sistem keamanan berlapis yang sulit dibobol. “Nah ini bukan persoalan teknis sebetulnya, tapi perilaku sosial kita yang terpancing sehingga kemudian mengikuti kemauan pelaku, terus kemudian bobol,” katanya. (Mnztd)