JAKARTA, GEMADIKA.com – Demontrasi reuni akbar PA 212 yang digelar hari ini senin tanggal 2 Desember 2024, sepertinya tidak lagi sepadat biasanya. Pesertanya pun sudah tidak loyal sebagaimana sebelumnya yang rela menunggu hingga acara selesai digelar. Hal ini diduga akibat memanasnya hubungan antara kubu Ba’alawi dengan rivalitasnya dari Kubu WalI Songo yang telah lama terungkap ke publik. Sepinya acara reuni tersebut ditandai dari tidak terjadinya rekayasa lalu lintas penutupan arus jalan di silang Monas sebagaimana respon kepolisian dalam mengantisipasi kegiatan mereka yang sering memadati acara hingga tumpah ruah kejalan dan menimbulkan kemacetan pula.

Meskipun mereka telah mengundang seluruh ormas yang tergabung di Majelis Ulama Indonesia (MUI) termasuk simpatisan dari kalangan PKS yang biasanya menjadi langganan acara semacam ini, namun undangan mereka kepada Prabowo pun nyatanya tidak dipenuhi, bahkan Presiden Prabowo lebih mengutamakan kunjungannya ke tambak budi daya ikan yang terdapat di Kerawang – Jawa Barat. Tokoh-tokohnya yang hadir pada acara tersebut tak lain hanya muka-muka lama seperti Habib Rizieq Shihab dan wakil Ketua MPR (2024-2029) sekaligus pentolan PKS Hidayat Nur Wahid yang selama ini telah dikenal publik.

Kenyataan dari tidak menentunya posisi mereka membawa dampak pada surutnya dukungan terhadap penyelenggaraan acara tersebut, apalagi masyarakat muslim Indonesia tak sedikit pula yang mempertanyakan status nasab mereka yang sebelumnya disebut-sebut sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw, belakangan malah terungkap diberbagai media sosial Jika mereka dinyatakan sebagai kelompok yang tergolong hablu group – G yang berkesesuaian dengan DNA asal usul dari keturunan Yahudi Ashkenazi yang banyak menetap di negara Yaman. Hal itu diketahui setelah beredarnya hasil test DNA dari kalangan mereka sendiri.

Baca juga :  Masalah Sampah di Bali Belum Usai, Menteri Hanif Ajak 8.600 Relawan Bersih-bersih Sampah

Turunnya pamor para Habib yang sekarang sedang diragukan oleh masyarakat secara luas, tentu saja dengan sendirinya menaikkan citra Wali Songo yang selama ini dianggap sebagai bagian dari silsilah kalangan Ba’alawi yang dengan serta merta menolak untuk bergabung kembali dengan ormas islam Rabithah Alawiyah yang merupakan wadah bagi kalangan para Habib tersebut. Mereka yang disebut-sebut sebagai Syarif dan Syarifah yang merupakan keturunan Nabi Muhammad dari jalur silsilah Hasan, atau Sayyid dan Sayyidah untuk keturunan Nabi Muhammad dari jalur silsilah Husein yang telah mengantongi hasil test DNA mereka ber-hablu group – J yang identik dengan Nabi.

Adapun Hasan dan Husein adalah anak dari Ali bin Abu Tholib yang menikah dengan Fatimah putri kesayangan Nabi Muhammad Saw. Kisruh yang terjadi atas dua kelompok ini tentu saja berimplikasi pada terbelahnya kubu pengikut para Habib yang dijuluki Muhibbin dengan para ulama atau Kyai-kyai pesantren yang saat ini mendukung tesis nasab ilmiah KH Imaddudin al-Bantani diberbagai daerah yang saat ini pun masih banyak ikut tergabung kedalam struktur ormas besar islam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sebagai muara berkumpulnya Islam tradisional Indonesia yang selama ini menjadi wadah mereka.

Walau dibalik kisruh ini terkuak desas-desus pemecatan KH Imaddudin al-Bantani yang terungkap ke publik karena dianggap menciptakan kegaduhan dikalangan internal NU, Namun sikap ketum PBNU dalam menyikapi persoalan ini justru dipertanyakan oleh karena tidak mencerminkan penyelesaian pada inti persoalan sesungguhnya. Wal hasil, para tokoh-tokoh NU lainnya pun bereaksi keras terutama mereka yang berasal dari kalangan Gusdurian yang selama ini kecewa dengan pernyataan habib Rizieq Shihab yang pernah mengejek Gus Dur dengan sebutan “Buta Mata Buta Hati” sehingga melukai kalangan pengikutnya hingga sekarang ini.

Baca juga :  Resep Ayam Mentega yang Lezat dan Mudah Dibuat

Saklarisasi nasab kenabian seharusnya direspon secara hati-hati oleh semua pihak, sebab persoalan ini menjadi sangat krusial ketika dihadapkan kepada kebenaran antara apa-apa yang berlandaskan keyakinan semata dengan kajian ilmiah yang mampu membuktikannya secara technologi ilmu pengetahuan, tentu saja hal ini bisa menjadi bukti ilmiah atau Scientific Evidence hingga menjadi landasan hukum dari suatu proses ilmiah baik untuk mendukung atau membantah suatu fakta, data ataupun hasil observasi serta kajian-kajian atau pernyataan sebelumnya.

Apalagi sekedar pernyataan gegabah Gus Yahya Staquf yang menyebutkan bahwa, “orang-orang goblok gak usah tanya dalilnya” sebagaimana pernyataan yang disampaikannya sekitar beberapa saat lalu untuk sekedar menepis keraguan masyarakat terhadap nasab Ba’alawi yang selama ini mengaku keturunan Nabi tersebut. Buntutnya, wacana Muktamar Luar Biasa pun menggema diberbagai daerah yang berawal dari musyawarah besar alim ulama di Bangkalan – Jawa Timur pada 18 Agustus 2024 lalu, dimana pelaksanaannya akan diupayakan pada bulan Desember 2024 ini. Tentu saja hal ini akan menggoyang posisinya selaku ketum PBNU yang akan di lengserkan. (Andi Salim)