SURABAYA, GEMADIKA.com – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot memberikan apresiasi terhadap inovasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya. Ia menilai langkah ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mendukung ketahanan energi nasional dan mewujudkan program Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto.
“Pengelolaan sampah menjadi energi listrik mungkin ini bisa kita duplikasi dengan cepat di daerah-daerah lain karena sudah ada beberapa yang berkonsultasi juga kepada kami. Jadi diperlukan diseminasi teknologi, karena daerah-daerah itu kan mereka juga agak ‘buta’ dengan teknologi. Kemudian yang kedua, itu justru mereka membutuhkan bagaimana pengolahan sampah secara lebih cepat,” ujar Yuliot saat mengunjungi lokasi tersebut pada Selasa (10/12).
Teknologi Terkini di TPA Benowo
TPA Benowo mengaplikasikan dua teknologi utama untuk mengolah sampah. Sampah organik dikelola menggunakan teknologi fermentasi gas atau Landfill Gas Power Plant, sementara sampah nonorganik diolah dengan teknologi termokimia atau Gasification Power Plant. Kombinasi teknologi ini tidak hanya mengurangi limbah kota tetapi juga menyediakan sumber energi ramah lingkungan.
“Jika melihat sampah, kita bisa melihat dua permasalahan sekaligus yang bisa diselesaikan. Pertama, persampahan di seluruh perkotaan, termasuk ibu kota provinsi yang umumnya bermasalah dengan sampah, seperti DKI Jakarta. Jadi, permasalahan sampah ini jika tidak tertangani dengan baik akan terjadi akumulasi dan bahkan di beberapa daerah justru menjadi sumber bencana, baik terhadap lingkungan, kesehatan, dan efek negatif lainnya,” jelas Yuliot.
Regulasi dan Penerapan Nasional
Sebagai upaya nasional, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Regulasi ini mencakup percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di 12 kota besar, termasuk DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, Surabaya, dan Denpasar.
Pendekatan Zero Waste
Direktur Utama PT Sumber Organik, Agus Nugroho Susanto, menekankan pentingnya teknologi termal seperti incinerator atau gasifikasi untuk mendukung konsep zero waste. Teknologi ini menghasilkan residu minimal yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut.
“Pengelolaan sampah menjadi zero waste sudah dilakukan di banyak negara, bahkan di China sudah dilakukan sejak 25 tahun yang lalu. Di Singapura, semua sampah di-incinerator, dan fly ash serta bottom ash dimanfaatkan untuk reklamasi di Pulau Semakau. Jadi, tidak ada masalah sama sekali, kotanya bersih, dan tidak bau sama sekali,” papar Agus.
Agus juga menambahkan bahwa residu dari teknologi termal, seperti abu sisa pembakaran, dapat diolah menjadi bahan baku bata atau paving, mendukung konsep daur ulang dalam rantai pengelolaan sampah.
Solusi untuk Masa Depan
Dengan inovasi seperti di TPA Benowo, Indonesia tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi permasalahan limbah perkotaan tetapi juga menciptakan sumber energi yang berkelanjutan. Yuliot berharap model ini dapat diterapkan di lebih banyak daerah untuk mencapai tujuan bersama dalam ketahanan energi dan pelestarian lingkungan. (mnztd)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan