PAPUA, GEMADIKA.com Sbuah penemuan mengejutkan telah terungkap di perairan Kaimana, Papua Barat. Tim peneliti yang dipimpin Konservasi Indonesia dan Conservation International berhasil mengidentifikasi keberadaan paus pembunuh (Orcinus orca), spesies yang sebelumnya tidak pernah tercatat di wilayah tersebut.
Penelitian yang berlangsung selama hampir dua tahun, dari Mei 2021 hingga Maret 2023, tidak hanya mengungkap keberadaan paus pembunuh, tetapi juga interaksi unik antara cetacea (mamalia laut) dengan bagan apung, alat tangkap ikan tradisional yang digunakan masyarakat lokal.
Iqbal Herwata dari Focal Species Conservation Program Konservasi Indonesia menjelaskan temuan penting ini. “Kami mengidentifikasi adanya lima spesies cetacea di wilayah perairan Kaimana, termasuk penemuan baru adanya paus pembunuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik memiliki keterkaitan kuat dengan perikanan bagan. Mereka sering terlihat memakan ikan teri yang berada di luar jaring bagan pada pagi hari,” ujarnya dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (14/1/2025).
Temuan yang Mengkhawatirkan
Di perairan tropis Indonesia, keberadaan paus pembunuh tergolong sangat langka, dengan perkiraan populasi hanya 0-0,10 individu per 100 kilometer persegi. Kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya sumber makanan dan meningkatnya ancaman dari aktivitas manusia.
Selama periode penelitian, tim berhasil mencatat:
- 130 kemunculan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik
- 2.612 individu tercatat (72,96% dari total pengamatan)
- Lima spesies cetacea berbeda, termasuk:
- Lumba-lumba bungkuk Australia (Sousa sahulensis)
- Lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus)
- Lumba-lumba pemintal (Stenella longirostris)
- Paus Bryde (Balaenoptera edeni)
- Paus pembunuh (Orcinus orca)
[FOTO: Lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik terlihat berenang di sekitar bagan apung di perairan Kaimana (Opsional)]
Urgensi Konservasi
Kaimana telah diidentifikasi sebagai Important Marine Mammal Area (IMMA) sejak 2018, namun penelitian terbaru ini mengungkap tantangan baru dalam upaya konservasi. “Pemerintah lokal harus dapat memastikan keberlanjutan stok ikan teri, yang tidak hanya penting bagi masyarakat dan industri perikanan tangkap, tetapi juga sebagai sumber makanan bagi populasi paus Bryde, lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik, dan lumba-lumba bungkuk Australia,” tegas Iqbal.