GROBOGAN, GEMADIKA.com –Â Simbah Kyai Muhammad Sholeh Monggot merupakan sosok ulama yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Desa Monggot. Beliau berasal dari Kota Solo, yang saat itu termasuk dalam wilayah Karesidenan Surakarta Hadiningrat.
Dengan keilmuannya, beliau berdakwah di daerah pedesaan dengan penuh kasih sayang, sehingga ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
Ketika masih muda, Simbah Kyai Muhammad Sholeh datang dan menetap di Desa Monggot bersama Simbah Tosono. Dengan tekad yang kuat, beliau mulai mensyiarkan agama Islam di desa tersebut, memberikan ajaran dengan pendekatan yang lembut dan penuh hikmah.
Pada tahun 1940, beliau mendirikan sebuah masjid berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu. Masjid ini kini dikenal dengan nama Masjid Nurul Huda, yang masih berdiri kokoh dan menjadi pusat ibadah serta kegiatan keagamaan warga sekitar.

Keulamaan dan kearifan beliau dalam menyampaikan dakwah membuat namanya dikenal luas. Metode dakwah yang rahmatan lil ‘alamin atau penuh kasih sayang menarik banyak santri dari berbagai daerah untuk menimba ilmu kepadanya. Keberhasilan beliau dalam menyebarkan ajaran Islam membuat masyarakat semakin tertarik untuk mendalami agama.
Di sela dakwahnya, Simbah Kyai Muhammad Sholeh menikah dengan seorang wanita bernama Simbah Salamah. Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai tujuh orang anak, yaitu:
- Simbah Sutari
- Simbah Sumirah
- Simbah Syuhadak
- Simbah Romlah
- Simbah Rodhiyah
- Simbah Rubiah
- Simbah Pujiono
Seiring bertambahnya usia dan setelah menyaksikan perkembangan ajaran Islam di wilayahnya, Simbah Kyai Muhammad Sholeh wafat pada tahun 1978. Beliau dimakamkan di belakang Masjid Nurul Huda, tempat yang menjadi saksi perjuangannya dalam menyebarkan Islam.
Hingga kini, banyak masyarakat dari berbagai penjuru yang datang untuk berziarah ke makam beliau. Ziarah ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Peninggalan beliau yang masih ada hingga sekarang, seperti bedug dan kentongan, menjadi saksi bisu sejarah dakwah Islam di Desa Monggot. Dahulu, alat-alat ini digunakan sebagai penanda waktu sholat, yang hingga kini masih dapat ditemukan di masjid tersebut.
Kisah perjuangan dan dedikasi Simbah Kyai Muhammad Sholeh Monggot menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus menjaga nilai-nilai Islam dan melanjutkan dakwah dengan penuh kasih sayang.(Ki Redjo/sudrun)