GROBOGAN, GEMADIKA.com – Di ujung perbatasan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang, terdapat sebuah tradisi leluhur yang telah bertahan selama ratusan tahun. Tradisi bernama “Asrah Batin” ini menjadi pengikat tali persaudaraan antara Desa Ngombak dan Desa Kalimaro di Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.

Tradisi Asrah Batin diawali dengan kunjungan para pemangku adat dan tokoh masyarakat Desa Kalimaro ke Desa Ngombak. Kedatangan mereka disambut dengan penuh sukacita oleh para pemangku adat, tokoh desa, dan panitia dari Desa Ngombak.

Suasana ramah tamah tercipta ketika kedua desa berkumpul untuk makan bersama dan menikmati hiburan Tayub, sebuah tarian tradisional Jawa yang mengiringi acara tersebut. Kedekatan yang terjalin antara kedua desa ini mencerminkan hubungan layaknya kakak beradik yang telah terpelihara dari generasi ke generasi.

Baca juga :  Kangen Masa Kecil, Pak Listyo Sigit Kunjungi Pak Dhe Tukiyat di Kulon Progo

“Dua desa ini dari dulu seperti kakak beradik. Dua desa dari turun-temurun jadi keluarga rukun damai sentosa selamanya,” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.

Acara Asrah Batin diselenggarakan setiap dua tahun sekali, menjadi momen yang dinantikan oleh warga kedua desa. Tidak hanya pemangku adat, tokoh agama, dan pemerintah desa, masyarakat dari berbagai wilayah pun berbondong-bondong datang untuk menyaksikan dan turut memeriahkan perayaan ini.

Puncak acara ditandai dengan prosesi mengarak dan menghanyutkan kepala kerbau ke sungai, sebuah ritual yang memiliki makna spiritual mendalam bagi masyarakat setempat. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan tetap dilestarikan hingga kini.

Di penghujung acara Asrah Batin, terdapat ritual unik dimana masyarakat berebut bedak, nasi, dan kuah tapai. Bedak tersebut akan diusapkan di wajah, sementara air tapai diminum oleh para peserta yang mempercayai bahwa benda-benda tersebut membawa keberkahan dan keberuntungan.

Baca juga :  Arus Balik Padat di KM 457 Salatiga, Pengendara Diimbau Isi BBM Sebelum Masuk Tol

“Saya senang sekali bisa mendapatkan air tapai beserta bedaknya. Ini adalah berkah bagi keluarga kami,” ungkap mas Syamsudin, salah satu warga Desa Ngombak yang berhasil mendapatkan bagian dari pembagian tersebut.

Tradisi Asrah Batin menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai persaudaraan dan kerukunan antar desa dapat terus bertahan di tengah arus modernisasi. Keberlangsungan tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan antar masyarakat, tetapi juga menjadi sarana untuk mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.

Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya diharapkan dapat terus mendukung pelestarian tradisi ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dibanggakan. (Redjo Mbolang)