GEMADIKA.com – Dalam sebuah perusahaan, budaya kerja yang baik dan beretika memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan produktif. Etika dan moralitas dalam berinteraksi antar sesama karyawan menjadi fondasi yang mendasari jalannya operasional perusahaan. Sebaliknya, budaya kerja yang toxic justru dapat merusak hubungan dalam tim dan mengganggu kinerja seluruh organisasi.
Karyawan yang bersikap toxic seringkali menunjukkan perilaku negatif, seperti sering mengeluh, bergosip, serta berbicara buruk tentang perusahaan atau atasan. Tindakan ini tidak hanya merusak hubungan di dalam tim, tetapi juga menurunkan moral dan semangat kerja. Misalnya, ketika diberikan tugas, karyawan toxic sering kali melakukan tawar-menawar dan menunjukkan ketidaktertarikan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Mereka cenderung kurang memiliki etika dalam berkomunikasi, bahkan sesama rekan kerja, dan enggan untuk berkolaborasi. Perilaku egois yang hanya mementingkan diri sendiri ini menjadi tanda jelas dari adanya pengaruh toxic dalam lingkungan kerja.
Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang mengedepankan budaya etika, attitude moral, dan pola pikir positif cenderung memiliki produktivitas yang lebih baik. Karyawan yang memiliki sikap profesional dan berkomitmen pada tujuan bersama akan mendorong perusahaan untuk berkembang dengan lebih efektif. Sebaliknya, apabila ada karyawan yang terbukti toxic, lebih baik untuk segera mengambil tindakan, seperti melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), agar tidak menular dan merusak budaya kerja yang sehat.
Sebagai kesimpulan, menjaga budaya kerja yang sehat dan positif sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal. Karyawan yang memiliki integritas dan berkomunikasi secara baik akan menciptakan lingkungan yang mendukung kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.(Joko Purnomo)