JAKARTA, GEMADIKA.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pergerakan yang variatif di tengah meningkatnya ketidakpastian global pada Rabu (16/04/2025).

Dibuka menguat 19,59 poin ke posisi 6.461,19, IHSG sempat menunjukkan sinyal positif. Namun, para pelaku pasar tampak masih mencermati perkembangan perang dagang dan kebijakan tarif dari Amerika Serikat yang kian agresif.

Indeks LQ45, yang memuat 45 saham unggulan, juga turut naik tipis sebesar 0,13 persen menjadi 724,18. Kendati demikian, analis memperkirakan bahwa IHSG akan tetap bergerak fluktuatif dalam rentang 6.350 hingga 6.500 seiring tingginya tekanan eksternal.

Dari sisi global, ketegangan perdagangan internasional memuncak setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pemberlakuan tarif baru terhadap industri semikonduktor dan komponen otomotif. Langkah ini dinilai sebagai upaya memperkuat industri dalam negeri Amerika, namun sekaligus menimbulkan dampak sistemik bagi pasar global.

Trump juga menyampaikan bahwa China harus memohon untuk kembali ke meja perundingan, namun Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa Beijing tidak akan terlibat dalam negosiasi sepihak. Hal ini menciptakan ketegangan lebih lanjut, sekaligus memperbesar risiko volatilitas di pasar saham Asia, termasuk Indonesia.

Baca juga :  Terseret Skandal Korupsi CPO: Tiga Hakim Terima Suap Miliaran Rupiah Untuk Manipulasi Putusan Perkara

Sementara itu, pemerintah Indonesia juga tengah mengupayakan perlindungan perdagangan melalui tim negosiator yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto. Tim ini diberangkatkan ke AS untuk membahas tarif resiprokal dan menghindari dampak jangka panjang terhadap ekspor nasional.

Namun, kondisi di dalam negeri juga belum sepenuhnya mendukung. Perlambatan konsumsi rumah tangga tercermin dari penurunan indeks keyakinan konsumen, dari 126,4 di Februari menjadi 121,1 pada Maret 2025. Angka ini diprediksi kembali melemah di April seiring puncak kebijakan tarif yang agresif dari AS.

Di sisi lain, pasar saham Eropa ditutup menguat semalam. Indeks STOXX 600, DAX, dan FTSE mengalami kenaikan di atas 1,4 persen, menunjukkan adanya harapan stabilitas dari sisi ekonomi benua biru.

Sebaliknya, Wall Street justru ditutup melemah. Indeks Dow Jones turun 0,38 persen ke 40.368,96, S&P 500 melemah 0,17 persen, dan Nasdaq turun tipis 0,05 persen. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap lonjakan tarif impor yang bisa menekan margin keuntungan perusahaan besar.

Baca juga :  Pemerintah Tegaskan Kepala Daerah Segera Susun RPJMD 2025–2029, Langkah Cepat Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Bursa Asia pun dibuka melemah pagi ini. Nikkei turun 0,48 persen, Shanghai melemah 0,41 persen, dan Kuala Lumpur terkoreksi 0,22 persen. Sementara Singapura melalui Strait Times berhasil menguat tipis sebesar 0,25 persen.

Fluktuasi IHSG hari ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor teknikal dalam negeri, melainkan sangat erat kaitannya dengan dinamika global yang melibatkan AS, China, dan Uni Eropa. Perang dagang dan kebijakan tarif semakin membentuk lanskap pasar yang penuh ketidakpastian.

Bagi investor, pendekatan defensif menjadi kunci. Memantau pergerakan sektor-sektor sensitif terhadap tarif, seperti otomotif dan teknologi, serta memperhatikan sinyal negosiasi antar negara menjadi langkah penting dalam menjaga stabilitas portofolio investasi. (MonD)