SEMARANG, GEMADIKA.com – Lawang Sewu, bangunan ikonik di Semarang, memiliki kisah sejarah yang menarik sekaligus kelam. Dibangun pada masa kolonial Belanda, gedung megah ini menyimpan berbagai cerita yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia.

Awal Mula Kemegahan

Pembangunan Lawang Sewu dimulai pada 27 Februari 1904 dan rampung pada tahun 1907. Gedung bersejarah ini pada awalnya berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta milik Belanda bernama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappj (NIS). Perusahaan ini tercatat sebagai perintis pembangunan jalur kereta api pertama di Indonesia yang menghubungkan Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta, dengan jalur perdana Semarang-Temanggung yang dibangun pada tahun 1867.

Saksi Bisu Masa Kelam Penjajahan

Setelah ditinggalkan oleh NIS, Lawang Sewu beralih fungsi menjadi tempat yang sangat mencekam. Penjajah Belanda dan Jepang kerap menggunakan bangunan ini sebagai penjara bagi para pejuang kemerdekaan. Beberapa ruangan bahkan dimodifikasi menjadi ruang-ruang tahanan yang dirancang untuk menyiksa:

Baca juga :  Cegah Balap Liar, Polsek Juwangi Amankan Remaja dan Motor Drag di Jalan Menuju Kedung Ombo

Penjara Berdiri

Ruangan ini awalnya berfungsi sebagai lokasi penampungan tahanan. Para tahanan yang tertangkap dimasukkan ke dalam ruangan dalam kondisi berdesak-desakan, sehingga memaksa mereka untuk terus berdiri. Jika mereka mencoba duduk, ruangan akan terasa semakin sempit dan menyiksa. Banyak tahanan yang meninggal di ruangan ini akibat kelelahan atau kekurangan oksigen.

Penjara Jongkok

Lebih mengerikan dari Penjara Berdiri, tahanan yang dimasukkan ke ruang Penjara Jongkok dipaksa untuk berdesak-desakan dalam keadaan berjongkok karena tinggi ruangan tidak mencapai satu setengah meter. Penderitaan para tahanan di ruangan ini sungguh tak terbayangkan.

Kisah Mistis dan Legendaris

Sejarah kelam Lawang Sewu membuat bangunan ini memiliki seribu cerita dengan nuansa mistis. Penggunaannya sebagai penjara dan ruang penyiksaan, ditambah dengan pertempuran antara pejuang dan penjajah Jepang yang menewaskan banyak korban, menciptakan berbagai kisah mistis yang sering ditemui oleh pengunjung, baik di siang maupun malam hari.

Baca juga :  Museum Islam Nusantara Lasem: Jejak Peradaban Islam yang Tersimpan dalam Nuansa Minangkabau

Saksi Perjuangan Kemerdekaan

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Lawang Sewu menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Pertempuran ini mempertemukan para pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) melawan Kempetai dan Kidobutai dari tentara Jepang.

Warisan Sejarah yang Dilindungi

Mengingat nilai historisnya yang tinggi, Pemerintah Kota Semarang melalui Surat Keputusan Wali Kota Nomor 650/50/1992 memutuskan bahwa Lawang Sewu dimasukkan dalam 102 bangunan kuno bersejarah di Kota Semarang yang wajib dilindungi dan dilestarikan sebagai warisan budaya.