GEMADIKA.com – Dalam percakapan sehari-hari, kata “bajingan” dan “sontoloyo” sering kita dengar sebagai umpatan kasar. Namun, tahukah Anda bahwa kedua kata tersebut sebenarnya merujuk pada profesi terhormat di masa lalu? Mari kita telusuri sejarah menarik di balik kata-kata yang kini disalahartikan ini.

Bajingan: Dari Kusir Gerobak Sapi hingga Pejuang Kemerdekaan

Bajingan” sejatinya adalah sebutan untuk kusir gerobak sapi. Profesi ini sangat dihormati pada masa kolonial. Para bajingan tidak hanya bertugas mengangkut barang, tetapi juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan.

Di masa penjajahan, menjadi bajingan membutuhkan keberanian dan kemampuan bela diri yang mumpuni. Hal ini dikarenakan gerobak mereka kerap diperiksa oleh polisi kolonial, sebab para bajingan sering membantu menyelundupkan senjata dan makanan untuk para gerilyawan pejuang kemerdekaan.

Baca juga :  Pengusaha Bus di Pematangsiantar Sepakat Pindah ke Terminal Tanjung Pinggir, Kurangi Kemacetan Kota

Istilah “bajingan” bahkan memiliki makna filosofis yang dalam. Kata ini merupakan akronim dari “BAgus’e JIwo aNGen angene pangerAN” atau dalam versi lain “BAgusing JIwa aNGen2ing sajatining PangerAN”, yang bermakna “orang yang berhati baik dicintai Allah” atau “baiknya jiwa dan akhlak orang yang taat pada perintah Tuhan”.

Sontoloyo: Penggembala Bebek yang Tekun

Sementara itu, “sontoloyo” adalah sebutan untuk penggembala bebek. Profesi ini menuntut kesabaran dan ketekunan luar biasa. Para sontoloyo bertanggung jawab menggiring bebek-bebek dari kandang menuju sungai untuk mencari makan, lalu menggiring kembali ke kandang.

Karena barisan bebek yang digiring biasanya sangat panjang, aktivitas ini terkadang mengganggu pengguna jalan lain. Rasa jengkel inilah yang kemudian memicu orang-orang mengumpat “sontoloyo!” kepada para penggembala tersebut, hingga akhirnya kata ini berubah makna menjadi umpatan.

Baca juga :  Hangatnya Kebersamaan: Bupati dan Wabup Nagan Raya Hadiri Halalbihalal IKNR Banda Aceh

Refleksi untuk Era Digital

Pergeseran makna kata-kata ini mengingatkan kita bahwa bahasa terus berevolusi, kadang ke arah yang tidak selalu positif. Seperti pesan di akhir teks:

“Yang jaman Dulu aslinya orang orang menyebut kata bajingan itu baik karena jaman sekarang dibalut kepentingan ego, kata Bajingan menjadi kata yang diucapkan dan dituliskan dengan nyinyir dan benci. Sudah saatnya kita belajar lagi untuk menjaga lidah dan mulut. Kalau di era digital sekarang ini mungkin baik juga ditambah ‘menjaga jari’.”