GEMADIKA.com – Terletak di perairan selatan Pulau Jawa, Nusakambangan bukanlah sekadar pulau biasa. Di balik keindahan alamnya yang memukau, tersimpan kisah panjang yang menjadikannya terkenal sebagai “Pulau Penjara” dengan sejarah yang berakar kuat pada masa kolonial Belanda.
Cikal Bakal Pulau Tahanan
Kisah Nusakambangan sebagai kompleks penjara bermula pada abad ke-19, ketika pemerintah Hindia Belanda mencari lokasi terpencil untuk menahan para kriminal kelas berat dan tahanan politik yang dianggap berbahaya bagi kepentingan kolonial. Dengan kondisi geografis yang dikelilingi perairan ganas dan akses yang sulit, Nusakambangan menjadi pilihan strategis untuk menjadi tempat pembuangan.
Tonggak sejarah dimulai pada tahun 1908, saat penjara pertama bernama Kembang Kuning didirikan di pulau ini. Pembangunan ini menandai awal dari sistem lembaga pemasyarakatan yang kemudian berkembang pesat di Nusakambangan.
Berkembangnya Kompleks Penjara
Seiring berjalannya waktu, pemerintah kolonial Belanda tidak berhenti pada satu penjara saja. Mereka membangun beberapa penjara tambahan seperti Permisan dan Batu. Kompleks-kompleks ini memiliki fungsi ganda yang mencerminkan kondisi politik masa itu:
- Tempat penahanan bagi kriminal kelas berat
- Lokasi pengasingan bagi tokoh pergerakan nasional yang dianggap mengancam stabilitas kekuasaan kolonial
Nusakambangan pun mendapat julukan sebagai “tempat pembuangan” bagi mereka yang dianggap tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah kolonial.
Era Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, pengelolaan penjara-penjara di Nusakambangan berpindah tangan ke pemerintah Republik Indonesia. Meskipun pergantian pengelola terjadi, fungsi utama pulau ini tetap sama: menjadi tempat penahanan bagi narapidana dengan kasus-kasus berat.
Hingga saat ini, Nusakambangan terus menjadi rumah bagi narapidana yang terlibat dalam berbagai kejahatan serius, mulai dari kejahatan terorganisir, terorisme, hingga kasus-kasus berat lainnya yang memerlukan pengamanan maksimum.
Warisan Sejarah Bangsa
Saat ini, Nusakambangan tetap berdiri kokoh sebagai simbol sistem pemasyarakatan Indonesia. Meskipun identik dengan cerita kelam, pulau ini menyimpan nilai historis yang tinggi dan berpotensi untuk dilestarikan sebagai bagian dari warisan sejarah bangsa – sebuah pengingat tentang perjalanan panjang perjuangan dan penegakan keadilan di Indonesia.