WONOSOBO, GEMADIKA.com – Sebuah patung biawak yang berlokasi di Desa Krasak, Kecamatan Wonosobo, menjadi viral di media sosial karena tampilannya yang sangat realistis – seolah biawak sungguhan yang sedang merayap di atas batu.

Keunikan patung ini bukan hanya terletak pada keindahan dan kemiripannya dengan biawak asli, tetapi juga pada proses pembuatannya yang tidak menghabiskan anggaran besar.

Berbeda dengan patung-patung ikonik di daerah lain yang biayanya mencapai miliaran rupiah, patung biawak Wonosobo ini hanya membutuhkan dana sekitar Rp50 juta.

Dari Ide Karang Taruna hingga Menjadi Viral

Patung biawak ini merupakan inisiasi pemuda karang taruna Desa Krasak dan dibuat oleh seniman lokal Wonosobo, Rejo Arianto atau yang akrab disapa Ari.

Lulusan ISI Surakarta ini awalnya lebih dikenal sebagai pelukis, namun kemudian secara otodidak mempelajari seni pembuatan patung.

“Sebelum melakukan pembuatan patung, saya sempat beli dan pelihara biawak. Agar kita tahu karakternya, jadi patung yang dibikin bisa terasa hidup,” kata Ari saat ditemui di rumah dinas Bupati Wonosobo, Senin (21/4/2025).

Menurut Ari, tantangan terbesar dalam membuat patung adalah menciptakan “ruh” atau jiwa dalam karyanya.

“Karya seni itu kesulitannya bagaimana karya itu mempunyai roh atau soul. Jadi karya sebagus apa pun jika tidak mempunyai soul atau jiwa menurut saya nol,” ujarnya.

Spesifikasi dan Keindahan Patung

Secara fisik, patung biawak ini memiliki tinggi 7 meter dengan lebar 4 meter. Patung berwarna hitam dengan corak kuning ini digambarkan sedang merayap di sebuah batu, dengan lidah menjulur dan kepala menoleh ke arah kiri.

Meski pembangunannya belum selesai sepenuhnya—masih memerlukan finishing dan penambahan area sekitar seperti taman dan bangku-bangku—patung ini telah berhasil menarik perhatian masyarakat. Banyak pengguna jalan yang sengaja berhenti untuk berfoto dan mengabadikan momen di Tugu Krasak Menyawak ini.

Klarifikasi Sumber Dana

Beredar kabar bahwa patung ini dibangun menggunakan anggaran dana desa senilai Rp50 juta. Namun, Kepala Desa Krasak, Supinah, membantah kabar tersebut.

“Saya klarifikasi itu bukan dari anggaran desa, itu dari anggaran CSR dari kabupaten dan dibantu swadaya dari masyarakat seperti gotong-royongnya dan konsumsi selama pembangunannya,” jelasnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, yang menegaskan bahwa anggaran pembuatan patung tidak berasal dari APBD kabupaten, melainkan dari bantuan BUMD Kabupaten Wonosobo.

Sementara itu, sang seniman, Ari, enggan menyebutkan nominal pasti biaya pembuatan patung tersebut. “Saya sebagai seniman itu sebetulnya kurang etis menyebut nominal,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa prioritasnya bukan pada anggaran, melainkan pada kualitas karya.

“Saya sampai berpesan pada Pak Bupati, Pak mohon maaf kalau membangun apa nanti jangan besar-besar Pak, anggarannya secukupnya saja,” pungkasnya.

Patung biawak karya Ari ini merupakan patung ketiganya, meski pertama kalinya untuk Wonosobo. Sebelumnya, ia lebih banyak menghasilkan karya lukis, termasuk beberapa yang terpajang di rumah dinas Bupati Wonosobo.

Harapan untuk Karya Selanjutnya

Ari mengungkapkan harapannya untuk dapat membuat karya yang lebih megah lagi ke depannya, yang ia dedikasikan untuk Kabupaten Wonosobo tercinta. Kebanggaan terbesarnya adalah melihat karyanya diapresiasi oleh masyarakat.

“Saya cukup bahagia kalau teman-teman dan seluruh masyarakat Wonosobo suka. Saya juga ucapkan terima kasih atas dukungan dan doanya kepada semuanya,” ungkapnya.

Patung biawak ini menjadi bukti bahwa karya seni yang mengesankan tidak selalu harus menghabiskan dana besar. Dengan kreativitas, dedikasi, dan dukungan masyarakat, Wonosobo kini memiliki ikon baru yang menjadi kebanggaan warganya.