GARUT, GEMADIKA.com – Sebuah kasus dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang dokter spesialis kandungan dan kebidanan (obgyn) terhadap pasiennya telah menggegerkan warga Garut, Jawa Barat.

Kasus ini menjadi viral setelah rekaman CCTV yang menampilkan tindakan tidak wajar sang dokter saat melakukan pemeriksaan USG tersebar luas di media sosial.

Kronologi Terungkapnya Kasus

Kasus ini pertama kali mencuat ke publik pada Senin sore (14/4/2025), ketika beberapa akun warganet di Instagram mulai membagikan informasi terkait dugaan pelecehan tersebut. Salah satu unggahan yang menarik perhatian publik berasal dari akun @coz****** yang memperingatkan, “Trigger Warning! Dokter di Garut Diduga Lecehkan Pasien Saat Periksa USG.”

Unggahan tersebut kemudian banyak dikomentari oleh warganet lain yang mengklaim mengenal dokter tersebut dan mengetahui adanya korban serupa. “Up terus min udah banyak korban nya saya tau dokter ini,” tulis akun @are*********.

Puncak viral kasus ini terjadi setelah dr. Mirza Mangku Anom, Sp.KG, seorang dokter gigi, membagikan bukti rekaman CCTV dari ruang pemeriksaan lewat akun Instagram-nya @drg.mirza pada Selasa (15/4/2025).

Dalam rekaman tersebut terlihat aktivitas dokter yang tengah melakukan Ultrasonografi (USG) kepada seorang pasien wanita.

“Tolonglah, bekerja secara profesional dan bermartabat! Ini semua bukti aku punya lengkap lho, rekaman CCTV versi lengkap aku juga punya, dan aku selalu kesel ngelihat yang begini-begini,” tulis drg. Mirza dalam unggahannya.

Detail Rekaman yang Mencurigakan

Dalam video yang beredar, terlihat aktivitas dokter kandungan yang diduga bernama dr. Muhammad Syafril Firdaus sedang melakukan pemeriksaan USG pada perut pasien.

Yang menjadi sorotan adalah posisi tangan kiri dokter yang seharusnya digunakan untuk mengatur alat USG justru terlihat menyentuh bagian atas perut pasien yang dekat dengan area payudara.

Beberapa dokter obgyn lain yang melihat rekaman tersebut telah memberikan pendapat profesional bahwa dalam prosedur USG transabdomen (USG dari perut atas), tangan kanan dokter memang digunakan untuk memegang probe (alat USG), namun tangan kiri seharusnya berada di keyboard atau alat kontrol lainnya, bukan menyentuh bagian sensitif pasien.

“Kalaupun perlu menaikkan baju sampai setinggi dada, mintalah pasien untuk menaikkan sendiri, atau minta bantuan asisten bidan. Jangan kita sendiri. Banyak langkah menghindari fitnah dan pelecehan,” ujar seorang dokter obgyn yang enggan disebutkan namanya, seperti dikutip oleh drg. Mirza.

Baca juga :  Seorang Pria di Temukan Tewas Tersambar Petir Saat Sedang Memancing di Bekasi

Kesaksian Korban Bermunculan

Pasca viralnya kasus ini, drg. Mirza mengaku men,erima banyak pesan dari warganet yang mengklaim menjadi korban atau mengetahui praktik tidak pantas dari dokter tersebut. Salah satu korban mengaku pernah mengalami pelecehan pada tahun 2023 saat memeriksakan kandungan tanpa didampingi suami.

“Dari awal udah aneh, mungkin karena saya sendiri, ya, nggak di samping suami. Dia minta WA, ngajak jalan ini itu. Saya memang sendiri, suami lagi nggak ada. Dia ngiming-imingi, ‘Udah kamu cek ke klinik saya, nggak usah bayar,’ tapi di sana saya dilecehin. Payudara saya dimainin, saya juga ditahan pakai tangan, tetap aja tangannya mainin,” tulis korban dalam pesan yang diunggah ulang oleh drg. Mirza.

Korban tersebut juga mengaku masih menyimpan buku konsultasi dan mencatat tanggal kedatangannya ke klinik, serta yakin bukti CCTV sangat jelas menunjukkan tindakan tak pantas tersebut.

Laporan lain menyebut bahwa dr. Syafril kerap menghubungi pasien secara pribadi melalui WhatsApp. Dalam pesan itu, ia disebut sering menawarkan pemeriksaan USG 4D gratis, namun disertai syarat pasien datang sendirian tanpa didampingi suami atau keluarga.

“Dia selalu WA pasien-pasiennya, iming-iming USG 4D gratis, tapi ngajak main dan lain-lain. Tapi nggak boleh bawa suami atau siapapun pas periksa,” tulis seorang pengirim pesan yang diklaim sebagai adik tingkat yang pernah bekerja dengan terduga dokter pelaku pelecehan.

Tanggapan Pihak Berwenang

Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani, telah mengkonfirmasi kebenaran dugaan pelecehan tersebut. Leli mengatakan bahwa kasus ini sebenarnya telah terjadi pada tahun 2024 lalu di sebuah klinik swasta, bukan di rumah sakit milik pemerintah.

“Saya harus periksa lagi pastinya kapan, tapi kalau tidak salah ini di tahun 2024. Kejadiannya bukan di RS milik pemerintah,” ungkap Leli kepada wartawan di Lapangan Otista, Selasa (15/4/2025).

Leli juga menambahkan bahwa dokter kandungan berinisial SF tersebut pernah bekerjasama dengan Pemkab Garut dan berdinas di RS Malangbong, meski bukan penduduk asli Garut. Pihak Dinas Kesehatan Garut sendiri berencana akan menelusuri kembali kasus ini dan memberikan keterangan resmi terkait kasus tersebut.

Baca juga :  Pemkab Cirebon Pastikan Agustus 2025 Mulai Perbaiki Tiga Ruas Jalan Vital di Wilayah Cirebon Timur

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin, menyatakan bahwa pihaknya baru mendapatkan informasi mengenai kasus ini pada Senin malam dan saat ini sedang melakukan penyelidikan.

“Kita dapat infonya, semalam tadi. Saat ini kita lagi lakukan penyelidikan,” ungkap Joko saat dikonfirmasi.

Joko menambahkan bahwa pihaknya akan segera melakukan pengecekan ke lokasi yang diduga tempat dokter melakukan pemeriksaan dan pelecehan terhadap korban. Meski belum ada laporan resmi dari korban, polisi tetap akan menyelidiki untuk mengungkap dugaan pelecehan seksual tersebut.

“Kalau untuk laporan resmi, korban belum tahu,” katanya.

“Namun meski belum mendapat laporan resmi, polisi akan tetap menyelidiki, untuk mengungkap dugaan pelecehan seksual tersebut,” tambahnya.

Reaksi Publik

Kasus ini telah memicu gelombang kecaman di media sosial. Banyak warganet yang menyerukan agar kasus ini segera ditindaklanjuti dan pelaku diberi sanksi tegas.

“Belum selesai kasus pelecehan yang dilakukan oleh Dokter Residen PPDS Anastesi di TSHS Bandung, sekarang muncul lagi kasus pelecehan yang dilakukan oleh Dokter Kandungan di Garut yang lakukan pelecehan saat pemeriksaan USG,” tulis akun @Gigin****** di platform X.

Sementara itu, akun @Sari***** berkomentar, “Pemeriksaannya gak wajar itu gak sampe ke dada gitu. Saya hamil gak pernah periksa serepot itu. Dan lagi selalu di dampingi suster walaupun periksanya sendiri. Itu mah pelecehan tangannya ngapain ke dada dada.”

Menurut informasi, akun Instagram milik dr. Syafril menghilang tak lama setelah unggahan pertama soal dugaan kasus ini viral. Drg. Mirza juga menyebutkan bahwa kasus ini sebenarnya sudah dilaporkan ke pihak kepolisian sejak beberapa bulan lalu, namun belum ada tindak lanjut yang signifikan.

Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya kewaspadaan bagi pasien wanita, khususnya saat menjalani pemeriksaan di klinik kandungan. Para ahli kesehatan menyarankan agar pasien selalu didampingi oleh keluarga atau suami saat melakukan pemeriksaan, terutama yang bersifat sensitif seperti USG kandungan.