GROBOGAN, GEMADIKA.com – Seni tayub di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, bukan hanya sekadar hiburan, melainkan warisan budaya yang terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Tradisi ini telah mengakar kuat sejak lama dan hingga kini tetap digandrungi oleh berbagai kalangan, mulai dari muda-mudi hingga para bapak-bapak.
Tayub sendiri merupakan bentuk kesenian rakyat yang biasanya ditampilkan dalam acara hajatan, sedekah bumi, hingga perayaan desa. Ciri khasnya adalah tarian yang diiringi musik gamelan dengan nuansa khas Jawa, serta interaksi langsung antara penari dan penonton.
Di tengah derasnya arus modernisasi, tayub di Grobogan tetap mampu menarik perhatian generasi muda. Bahkan, banyak anak muda yang kini mulai tertarik untuk belajar dan melestarikan seni ini, membuktikan bahwa tayub bukan hanya milik masa lalu, melainkan seni yang terus berevolusi.
Sosok-sosok legendaris seperti Ibu Lasmi dari Kecamatan Wirosari dan Ibu Suliyem telah menjadi ikon seni tayub di Grobogan. Keduanya dikenal luas karena konsistensi dan dedikasi mereka dalam mempertahankan tradisi ini.
“Ibu Lasmi dari Wirosari dan Ibu Suliyem dari dulu sampai sekarang masih eksis bahkan sudah menelurkan beberapa generasi sampai saat ini,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Keberadaan mereka bukan hanya sebagai penari, tetapi juga sebagai guru dan inspirator bagi generasi penerus. Dengan semangat dan cinta mereka terhadap seni tayub, keduanya telah melahirkan banyak penari muda yang kini aktif dalam berbagai pentas seni daerah.
Pemerintah daerah pun terus memberikan dukungan untuk kelangsungan seni tayub, baik melalui pembinaan, pelatihan, maupun penyelenggaraan festival seni budaya.
Dengan pelestarian yang konsisten dan keterlibatan generasi muda, tayub Grobogan menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal bisa tetap hidup dan beradaptasi dengan zaman.
penulis: Joko Purnomo