GROBOGAN, GEMADIKA.com – Siapa sangka, akar sejarah keluarga Presiden pertama Indonesia Bung Karno ternyata memiliki jejak yang kuat di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Sebuah penelusuran sejarah mengungkap bahwa kakek dari Bung Karno, Raden Hardjodikromo, lahir dan tumbuh di Wirosari, Kabupaten Grobogan.
Kisah ini bermula ketika Raden Mangoendiwirjo menjabat sebagai Wedana Pamajekan di Wirosari. Di daerah tersebut, beliau menikahi putri setempat dan dikaruniai sembilan anak—delapan putra dan satu putri. Salah satu putranya adalah Raden Danoewikromo yang diperkirakan lahir pada tahun 1804.
Saat Perang Diponegoro pecah, Raden Danoewikromo yang saat itu berusia sekitar 20 tahun, turut berperang memimpin para pemuda di Desa Kalirejo, Wirosari. Setelah perang usai, ia kembali ke kampung halamannya dan menikahi seorang putri dari Wirosari. Pernikahan tersebut membuahkan lima anak, empat putra dan satu putri, termasuk di antaranya Raden Hardjodikromo.
Raden Hardjodikromo yang lahir sekitar tahun 1840, mengikuti jejak keluarganya dalam bidang pemerintahan dengan menjabat sebagai carik (juru tulis) di Desa Kalirejo, Wirosari. Sementara itu, kakaknya, Raden Mangoendiwirjo, menjabat sebagai lurah di desa yang sama. Keduanya menggantikan pemimpin desa sebelumnya yang sudah lanjut usia.
Namun kemudian, di tengah kebijakan tanam paksa pemerintah kolonial Belanda pasca kekalahan Diponegoro, Raden Hardjodikromo memutuskan untuk melepaskan jabatannya. Setelah kelahiran putra ketiganya, Raden Soekemi Sosrodihardjo—yang tak lain adalah ayah Bung Karno—sekitar tahun 1873, Raden Hardjodikromo memantapkan tekadnya untuk pindah ke kota lain.
Tulungagung menjadi tujuan kepindahannya karena di sana tinggal kakak perempuannya yang telah menikah dengan seorang mantri guru. Di kota barunya ini, kehidupan Raden Hardjodikromo mengalami peningkatan. Ia beralih profesi menjadi pedagang batik dan kemudian membuka industri kerajinan batik di rumahnya.
Ketika Raden Hardjodikromo meninggal dunia, ia dimakamkan di Pemakaman Umum Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Tulungagung. Di sisi kanan makamnya terdapat makam istrinya, Raden Ayu Hardjodikromo, yang meninggal pada tahun 1933.
“Sejarah mengatakan bahwa di tanah Kabupaten Grobogan ini terlahir maupun tempat dimakamkan leluhur dari orang-orang hebat yang ada di negeri tercinta ini,” ungkap sumber sejarah setempat.
Kabupaten Grobogan memang memiliki nilai historis yang tinggi, tidak hanya sebagai tempat asal leluhur dari beberapa kerajaan besar di Jawa, tetapi juga sebagai tempat kelahiran kakek dari proklamator kemerdekaan Indonesia, Bung Karno. Tidak mengherankan jika Grobogan dijuluki sebagai kota sejarah, sekaligus petilasan waliyullah dan dikenal sebagai Bumi Ki Ageng.
Penemuan jejak silsilah keluarga Presiden Soekarno ini menambah daftar panjang nilai sejarah yang dimiliki oleh Kabupaten Grobogan, dan menjadi bukti bahwa daerah ini memiliki kontribusi penting dalam melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. (Redjo Mbolang)