BANGKALAN, GEMADIKA.com – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangkalan menggelar seminar kajian musik tradisional Thuk-thuk, dimana alat musik tradisi ini asli dari Bangkalan yang nyaris punah.

Dalam kesempatan ini Sudarsono selaku pemateri, mengatakan generasi muda saat ini belum banyak mengetahui keberadaan alat musik tradisional ini.

“Untuk alat musik thuk-thuk ini hampir leyap karena pengrajinnya sendiri sudah tidak ada di Bangkalan. Untungnya para seniman atau pemilik sanggar seperti saya masih menyimpannya. Menurut saya kalau masyarakat dan para pelajar banyak yang tidak tau terkait keberadaan alat musik ini,” ungkapnya. Rabu (15/11).

Kata Dia, banyak yang tidak tau wujud dari alat musik tradisional ini. Oleh karena itu para peserta sangat antusias dengan seminar yang terselenggara di gedung Merdeka ini.

Baca juga :  PMII Desak Polres Bangkalan Tuntaskan Kasus Kriminal, Soroti Keamanan di Kota
Antusias Seminar Alat Musik Tradisional Thuk-thuk, di hadiri guru seni, seniman, musisi dan pelaku seni

“Peserta seminar banyak yang tidak tau alat musik thuk-thuk, begutu melihat wujudnya banyak yang ingin memainkan, bahkan ada juga yang ingin memiliki,” pungkasnya.

Sementara itu Kabid Kebudayaan Disbudpar Bangkalan Hendra Gemma Dominant menjelaskan, untuk melestarikan alat musik yang mewakili Madura Barat, Disbudpar Bangkalan adakan kegiatan yang menyasar kepada guru seni, seniman, musisi dan pelaku seni.

“Kami merealisasikan kegiatan ini dari regulasi pemajuan kebudayaan no 5 tahun 2017 dimana empat pilar tersebut meliputi, perlindungan, pemanfaatan, pengembangan dan pembinaan. Dimana musik thuk-thuk ini keberadannya hampir nyaris punah tapi masih ada,” jelasnya.

Baca juga :  Car Free Day di Alun-Alun Bangkalan, Momen Sehat dan Pengembangan UMKM

Pria yang suka bermain gitar ini juga menambahkan, alat musik thuk-thuk ini dulunya untuk mengiringi musik kerapan sapi

“Agar marwahnya tidak hilang alat musik ini kami kenalkan ke dunia pendidikan, setelah itu baru outputnya kita kolaborasi dengan event-event, lomba-lomba atau festival agar tidak hilang, kemudian kita lanjutkan ke pakar sakera karena komunitas ini membawahi kerapan sapi se madura. Itu juga dapat membantu melestarikan,” imbuhnya.

”Kalaupun kita temukan pengrajin thuk-thuk di Bangkalan, setidaknya pemkab bisa merangkul dan memfasilitasi pengrajin agar alat musik ini tidak punah, karena mereka membuat alat musik ini dengan cara tradisional,” tutupnya. (nardi)