GEMADIKA.comTempe mendoan adalah tempe (makanan berbahan baku kedelai) goreng setengah matang dari Banyumas yang populer di Indonesia.

Tempe mendoan bukan hanya makanan melainkan juga ujung tombak pariwisata di Kabupaten Banyumas.

Tempe mendoan yang dikenal di Banyumas menggunakan tempe khas Banyumas yang bentuknya tipis. Kemudian tempe dibalur campuran tepung dan bumbu, lalu digoreng mendo atau setengah matang.

Tempe digoreng selama tiga sampai empat menit, tidak sampai renyah. Itulah alasan tempe ini disebut mendoan.

Tempe mendoan sendiri berasal dari kata “mendo”, yang dalam bahasa Jawa Banyumasan memiliki arti setengah matang. Setengah matang tersebut diambil dari teknik atau cara dimasaknya tempe mendoan yang digoreng setengah matang dan ternyata memiliki sejarah dibalik hal tersebut.

Baca juga :  Sopir Mengantuk Picu Kecelakaan Maut 3 Truk di Aceh Barat, Satu Korban Tewas

Dilansir dari radarbanyumas, tempe mendoan dulu dibuat untuk makanan cepat saji. Hal tersebut memiliki tujuan agar mempersingkat waktu pembuatan agar waktu tidak habis terbuang untuk menunggu hingga tempe menjadi sangat kering.

Tempe mendoan awalnya muncul ketika tempe mulai tersebar dan banyak dikonsumsi di sekitar Asia Tenggara, hingga ke China dan Indocina. Awalnya kedelai dibawa oleh masyarakat Asia Tengah saat mereka bermigrasi ke Tenggara, lalu pada saat itulah tempe mendoan muncul dan menjadi kudapan yang nikmat untuk disantap.

Baca juga :  Presiden Prabowo Berpidato di KTT D-8: Kemlu RI Klarifikasi Isu Delegasi yang Keluar Ruangan

Tempe mendoan ternyata sudah kurang lebih selama satu abad. Bermula di awal tahun 1960-an, saat itu tempe mendoan mulai menjadi pilihan kuliners dan dikelola secara komersial dalam dunia kepariwisataan.

Saat ini tempe mendoan bukan sekadar kudapan nikmat untuk menemai minum teh atau secangkir kopi, tapi bahkan sudah menjadi ujung tombak dari pariwisata Kabupaten Banyumas.

Nama mendoan dan keripik sebagai makanan serumpun diibaratkan sebagai lambang semangat gerakan sosial masyarakat di Banyumas.

Orang Banyumas diibaratkan mampu menyesuaikan diri atau fleksibel layaknya mendoan. Namun, dapat menjadi kaku seperti keripik apabila dalam keadaan mendesak. (Reza Ori)