SRAGEN, GEMADIKA.com – Menyambut peringatan HUT Kemerdekaan RI yang jatuh pada 17 Agustus, masyarakat Dukuh Sendangwuni RT 15/16 RW 08, Kelurahan Bonagung, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, menggelar malam tirakatan pada Jumat malam, 16 Agustus 2024.
Kegiatan ini merupakan tradisi yang dilaksanakan sehari sebelum Hari Kemerdekaan sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap jasa para pahlawan.
Malam tirakatan, yang biasanya diadakan pada malam tanggal 16 Agustus, menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa untuk merenungkan dan merayakan kemerdekaan yang telah dicapai. Acara ini dimulai pada pukul 20.00 WIB di Dukuh Sendangwuni, melibatkan warga dari RT 15 dan RT 16.
Dalam acara tersebut, para warga berkumpul untuk mengenang perjuangan para pahlawan melalui penayangan film dokumenter tentang sejarah kemerdekaan. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para tokoh setempat, termasuk Sarwoko, mantan Kepala Desa Bonagung, Mudin dari Dukuh Sukimin, dan beberapa tokoh serta pengurus RT.
Sarwoko dalam sambutannya mengungkapkan pentingnya mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.
“Malam Tirakatan berarti suatu proses perjalanan mencari kebenaran atau mencari jalan yang benar. Bisa diartikan tirakat adalah pencarian nilai-nilai kebenaran berupa nilai spirit perjuangan yang telah dilakukan para pejuang terdahulu dalam merebut kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.
Sarwoko menambahkan bahwa acara malam tirakatan merupakan bentuk penghormatan terhadap para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan.
Ketua Karangtaruna Desa, Suwahyo, juga menyampaikan pesan serupa
“Momen ini mengajarkan kita untuk tetap bersyukur atas keberhasilan yang kita capai sebagai bangsa merdeka. Semangat kemerdekaan bukan hanya sekedar kata-kata, namun merupakan komitmen untuk terus membangun negeri ini dengan tangan-tangan yang kerja keras dan pikiran yang cerdas,” katanya.
Tradisi malam tirakatan di Dukuh Sendangwuni telah berlangsung sejak pasca kemerdekaan dan menjadi acara tahunan yang dinantikan setiap 16 Agustus.
Selain itu, acara malam tirakatan juga menonjolkan nilai-nilai gotong royong dan kerukunan antarwarga, karena semua persiapan dilakukan oleh dan untuk masyarakat setempat.
Acara malam tirakatan diakhiri dengan pengumuman pemenang lomba tujuh belasan yang telah dilaksanakan sebelumnya, serta pembagian hadiah. Kemudian, acara ditutup dengan makan malam bersama dan ramah tamah antarwarga.
Meski tradisi malam tirakatan bervariasi di setiap daerah, inti dari kegiatan ini tetap sama: sebagai ungkapan rasa syukur dan kesempatan bagi masyarakat untuk saling bergotong-royong. (Sulartono)