JAKARTA, GEMADIKA.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami guncangan hebat yang mengguncang pelaku pasar modal pada hari Selasa (18/3/2025).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dramatis yang memaksa manajemen bursa melakukan tindakan darurat berupa penghentian sementara perdagangan.
Dalam perdagangan hari ini, IHSG mengalami penurunan spektakuler hingga 5,02%, anjlok ke level 6.146,91. Secara rinci, total 581 saham mengalami penurunan, sementara hanya 105 saham yang mampu bertahan menguat.
Nilai transaksi sesi pertama mencapai Rp3,39 triliun, dengan kondisi yang mencengangkan di mana seluruh sektor berada dalam zona merah. Sektor utilitas tercatat paling parah, mengalami penurunan hingga 12,2%.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia baru-baru ini merilis survei yang mengejutkan publik. Dalam survei tersebut, mayoritas ahli ekonomi, yaitu 23 dari 42 responden (55%), sepakat bahwa kondisi ekonomi saat ini telah memburuk dibandingkan tiga bulan lalu. Lebih mengkhawatirkan lagi, tujuh ahli bahkan menganggap situasi jauh lebih buruk, sementara 11 ahli menilainya stagnan, dan hanya satu ahli yang melihat adanya perbaikan.
Beberapa saham unggulan mengalami penurunan yang signifikan. PT DCI Indonesia Tbk (DCII) ambruk 20% menjadi Rp115.800 per saham. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) turun 19,55% menjadi Rp5.350 per saham. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melemah 13,54% menjadi Rp4.950 per saham. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga ikut terkoreksi 5,98% menjadi Rp4.400 per saham.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, memberikan penjelasan terkait penurunan yang terjadi. “Penurunan indeks sudah terjadi sejak minggu lalu. Beberapa isu global memang terjadi, jadi mereka (investor) wait and see. Sebagian besar penurunan hari ini disebabkan update dari Donald Trump, yang menjadi salah satu dampak penurunan indeks kita hari ini,” ungkapnya.
Ibrahim Assuaibi dari PT Laba Forexindo Berjangka turut menganalisis situasi yang terjadi. “Trump kembali mengangkat isu perang dagang, terutama dengan negara-negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Ini bisa berdampak negatif terhadap ekonomi global dan pasar keuangan,” tambahnya.
Kontras dengan kondisi BEI, bursa saham negara tetangga justru bergerak positif. Strait Times Index (Singapura) menguat 0,92%, The Stock Exchange of Thailand (SET) naik 0,51%, dan Hanoi Stock Exchange Equity Index (Vietnam) meningkat 0,11%.
Para analis memperkirakan perdagangan akan sepi menjelang libur Hari Raya Idul Fitri, dengan bursa akan libur selama 7 hari mulai 28 Maret hingga 7 April. Situasi ini menambah kompleksitas analisis pasar dan sentimen investor dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.