JAKARTA, GEMADIKA.com – Krisis susu lokal semakin memprihatinkan, Sejumlah peternak di Indonesia terutama di Pasuruan, Jawa Timur, dan Boyolali, Jawa Tengah, terpaksa membuang susu sapi mereka karena tidak mampu bersaing dengan pasokan susu impor.
Dalam situasi ini, Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustopa, mendesak pemerintah untuk memberikan perhatian lebih kepada peternak lokal agar tidak terpinggirkan dalam pasar susu nasional.
Sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan peternak di Pasuruan, Jawa Timur, membuang hingga 500.000 liter susu sapi mereka ke sungai. Video tersebut menyoroti nasib peternak yang tak bisa bersaing dengan susu impor, meskipun telah berkomitmen dengan industri susu lokal.
Dalam video tersebut, tertulis narasi yang menyatakan “pabrik pengolah lebih pilih impor, peternak sapi buang 500 ribu liter susu segar.”
Menurut Bayu Aji Handayanto, seorang pengepul susu asal Pasuruan, alasan di balik pembuangan susu ini adalah keputusan industri susu yang menghentikan pembelian susu dari peternak lokal. Bayu mengungkapkan bahwa susu segar hanya bertahan selama 48 jam, dan karena pabrik susu sudah tidak menerima pasokan, mereka terpaksa membuangnya.
Menanggapi fenomena ini, Saan Mustopa meminta pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada peternak lokal.
“Kita berharap ya bahwa petani-petani atau peternak-peternak lokal yang terkait dengan terutama peternak sapi untuk susu, itu juga tetap mendapatkan prioritas perhatian dari pemerintah,” kata Saan di Akademi Bela Negara Partai Nasdem, Jakarta, Sabtu (9/11/2024).
Menurutnya, pemerintah harus memberikan perhatian khusus untuk memastikan bahwa susu lokal dapat memenuhi kebutuhan nasional tanpa harus tergantung pada impor.
“Jadi jangan sampai peternak-peternak kita itu susunya enggak laku, bahkan tidak bisa bersaing dengan yang impor. Jadi proteksi terhadap para peternak lokal itu menjadi penting,” ujar Saan.
Kejadian serupa juga terjadi di Boyolali, Jawa Tengah. Danang Eko Saputra, seorang loper susu, memilih untuk membagikan 500 liter susu sapi gratis kepada warga yang melintas di Simpang Lima, Boyolali, pada Jumat (8/11/2024). Hal ini dilakukan karena ratusan liter susu tersebut tidak terserap oleh industri pengolahan susu (IPS).
Danang mengungkapkan bahwa saat ini industri susu tengah menghadapi krisis karena tidak ada serapan susu dari Koperasi Unit Desa (KUD).
“Kondisi (industri) susu saat ini mengerikan, menyedihkan. Intinya tidak ada serapan dari IPS,” kata Danang, seperti dilansir TribunSolo.com.
Dia juga menambahkan bahwa jika keadaan ini terus berlanjut, dia terpaksa harus menghentikan pasokan susu dari peternak, yang dapat berakibat fatal bagi keberlanjutan bisnis susu lokal.
Saan Mustopa juga menekankan bahwa langkah-langkah perlindungan terhadap peternak lokal harus segera diambil untuk menjaga keberlanjutan pasokan susu dalam negeri.
“Nanti sisanya kekurangan dari lokalnya berapa, baru nanti impornya berapa. Sehingga kesediaan susu secara nasional itu bisa terpenuhi,” tambah Saan.
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan impor susu yang semakin meluas, Saan menekankan pentingnya kebijakan yang berpihak pada peternak lokal.
“Jadi penting juga untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, susu ini alokasi untuk lokal tetap harus menjadi prioritas,” ujar Saan, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Nasdem.
Seiring dengan meningkatnya ketergantungan pada susu impor, penting bagi pemerintah untuk memberikan kebijakan yang adil dan mendukung peternak lokal agar dapat bersaing di pasar nasional.
“Proteksi terhadap para peternak lokal itu harus menjadi komitmen keberpihakan dan kemauan pemerintah,” tambahnya.
Kasus yang dialami peternak di Pasuruan dan Boyolali ini menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh peternak sapi di Indonesia. Bayu Aji Handayanto, pengepul susu di Pasuruan, menjelaskan bahwa sejak September 2024, banyak pabrik susu mengurangi jumlah susu yang mereka serap, meskipun sebelumnya mereka telah menjalin kontrak selama 10 tahun.
“Tapi di bulan September-Oktober hingga hari ini, pabrik tersebut banyak mencari alasan,” ujar Bayu. Akibatnya, peternak terpaksa membuang susu mereka yang tidak laku.
Dengan semakin banyaknya kasus serupa yang terjadi, baik di Pasuruan maupun di Boyolali, Saan Mustopa menekankan bahwa pemerintah harus segera mengambil tindakan untuk melindungi dan memberikan dukungan kepada peternak susu lokal. (Mnztd)