BANDAR LAMPUNG, GEMADIKA.com – Banjir bandang yang melanda Kota Bandarlampung pada Jumat (17/1/2025) telah memakan dua korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang signifikan di berbagai wilayah. Intensitas hujan yang tinggi disertai air pasang laut memperparah situasi di lapangan.
Korban pertama, Suhendi (30), warga RT 16 Kampung Sinar Binglu, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, meninggal dunia setelah tersengat listrik saat berusaha menyelamatkan barang-barang berharga dari rumahnya yang terendam banjir.
“Korban ini hendak melakukan evakuasi saat banjir melanda daerah rumah korban sekitar Pura Kerthi Bhuana, hingga akhirnya kesetrum dan meninggal dunia,” ujar Camat Panjang Hendry Satria Jaya, dilansir dari Tribunnews.com.
Tragedi kedua menimpa Bahtiar (60), warga Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Masjid, Kelurahan Kupang Teba, Kecamatan Teluk Betung Utara. Ia terseret arus deras saat berusaha menutup pintu rumahnya yang berdekatan dengan sungai.
“Saat membuka pintu, korban langsung digulung air sungai yang meluap. Pintu dapurnya pun roboh diterjang banjir,” kata Adi, tetangga korban. Jasad Bahtiar ditemukan tim gabungan pada Sabtu (18/1/2025) pukul 06.00 WIB di Pelelangan Ikan Sukaraja.
Dampak Bencana Meluas
Banjir tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menyebabkan kerusakan material yang cukup parah. Sejumlah kendaraan hanyut terseret arus, termasuk sebuah minibus di terowongan Batu Suluh, Lampung Selatan. Jembatan di kawasan Sumur Putri dilaporkan patah akibat derasnya aliran air.
“Banjir terjadi di depan kantor Pelindo. Motor saya kemasukan air dan akhirnya mogok,” tutur Ani, warga Kecamatan Panjang pada Jumat (17/1/2025).
Menurut Camat Panjang Hendry Satria Jaya, banjir disebabkan oleh kombinasi air kiriman dari Kecamatan Sukabumi yang bertemu dengan air laut pasang, ditambah curah hujan yang tinggi. Wilayah terdampak meliputi Kelurahan Way Lunik, Kuala, dan Panjang Selatan.
Di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Teluk Betung Barat, warga yang tinggal di sepanjang bantaran Kali Way Belau menghadapi banjir setinggi 1,5 meter. Puluhan kepala keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Kami tidak sempat menyelamatkan barang-barang, karena air besar langsung datang. Jadi semua barang ditinggal dikunci di dalam rumah,” ujar Dede, salah satu warga terdampak.
Si’un, warga setempat, membandingkan bencana ini dengan kejadian serupa di tahun 2018. “Banjir ini dampaknya luar biasa. Dulu pernah kejadian juga terakhir tahun 2018,” katanya.
Pada Sabtu pagi (18/1/2025), warga mulai melakukan pembersihan lumpur sisa banjir di sekitar bantaran Kali Way Belau. (***)